Senin, 03 Agustus 2015

Kotretan untuk Petinggi Negeri

         Ini merupakan Essai pertama yang saya buat. Essai yang dibuat untuk memenuhi tugas Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Padjadjaran. Harus membaca , menulis di kertas lalu pergi ke warnet untuk menulis essai ini, lalu mengirimnya. Sempat minta bantuan teman juga untuk mengirimnya. Semoga bermanfaat ya. Ini tulisan Mahasiswa baru 2013 pada saat itu :)      

       Mengotret merupakan suatu kegiatan atau metode seseorang untuk mencari hasil hitungan matematika yang tepat dan benar. Sedangkan media yang digunakan adalah secarik kertas dan alat tulis. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh kalangan pelajar , mahasiswa, guru ,bahkan  semua orang. Untuk mencapai hasil yang tepat , cepat dan akurat kita harus menggunakan sebuah rumus yang sesuai dengan pokok permasalahan . Dengan menggunakan rumus, proses pengerjaannya- pun akan lebih efisien dan efektif.
           Namun sekarang, kotretan bukan hanya  digunakan untuk mencari angka matematika yang tertera didalam soal saja. Akan tetapi, para pengamat, kritikus dan mahasiswa menggunakan metode ini untuk menilai kinerja petinggi negeri di Negara Indonesia tercinta. Apakah itu baik atau buruk, benar atau salah , kurang atau lebih, ya atau tidak. Itu semua kini berada dibenak pikiran dan hati nurani rakyat Indonesia. Dan mengotret pemerintah bukanlah sesuatu hal yang mudah.
          68 tahun Indonesia merdeka, sudah enam kali berganti pemimpin. Lebih dari 260 juta penduduk yang singgah ditanah Nusantara ini, terdapat beribu ribu Pulau, bermacam-macam suku,budaya dan agama, serta kaya akan Sumber Daya Alam. Namun masih saja bangsa ini jauh dari kata sejahtera. Bukan sejahtera yang kita dapat , tapi sengsara yang dirasakan rakyat. Bergantinya masa orde lama menjadi masa orde baru , orde baru berganti menjadi masa Reformasi menjadi awal dari demokratisasi masyarakat Indonesia. Yang dulu diam, kini rakyat bisa berpendapat dan menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah secara langsung tanpa rasa takut. Pendapat yang niat awalnya baik, tapi banyak yang salah dalam penyampayannya, tak kurang kini masyarakat dan mahasiswa hanya bisa bertindak anarkis tanpa memikirkan apa yang telah mereka perbuat. Berdemo ditengah jalan yang menyebabkan kemacetan, merusak fasilitas milik Negara , bahkan rusuh bersama aparat pemerintah sampai bertumpah darah. Ini semua tidak terlepas dari kinerja pemerintah yang tidak sesuai dengan yang mereka janjikan untuk mensejahterakan rakyat .
              Masalah yang dimiliki Negara Indonesia saat ini adalah krisis kepemimpinan, krisis moral dan krisis integritas. Sehingga masalah tersebut menghasilkan Negara dengan 1001 krisis. Tidak heran, kini Indonesia terkenal dimata dunia , bukan terkenal oleh prestasi ataupun integrasi yang baik. Namun, terkenal oleh kasus-kasus korupsi yang dilakukan tikus-tikus berdasi ,mengaku sebagai pejabat tinggi negeri ini yang dulunya mengumbar janji-janji basi saat berpolitisi. Generasi mudapun terpengaruh oleh modernisasi , moral yang buruk terus menghantui, mulai dari tawuran, sex bebas ,narkoba dan menjadi pemuncak daftar penjelajah situs pornografi .
            Namun, soal kotret mengotret, kita  tidak selamanya mendapatkan hasil yang benar, pasti tidak akan terlepas dari kesalahan. Adanya coretan, plus atau minus , kurang atau lebih , penjumlahan atau pengurangan, perkalian atau pembagian dan akar pangkat, serta rumus lainnya. Diantara masalah-masalah yang dihadapi , kita semua tetap harus mendukung visi misi pemerintah sesuai dengan pancasila ,UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Kotretan terhadap petinggi negeri tentu sangat berbeda dengan mengotret angka matematika yang masih bisa diselesaikan oleh rumus sederhana. Kotretan Negara bukan hanya untuk pemerintahan dan bukan untuk rakyat saja. Tapi, mencakup seluruh warga Negara Indonesia dari sabang sampai merauke, dari balita sampai manula. Tak perlu saling menyalahkan ,semua bersatu untuk Negara Republik Indonesia tercinta ini.
          Seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan di Bandung , pak Agus berpendapat mengenai bagaimana kita memperbaiki Negara Indonesia saat ini. Beliau mengibaratkan Negara itu seperti kapal laut yang sangat besar. “Saat suatu kapal  besar berada ditengah lautan dan mengalami kebocoran, kita tidak bisa terlalu banyak berbuat selain mengevakuasi penumpang ke kapal lain atau memperbaikinya menjadi baru kembali. Karena sekalipun kita mengganti seorang nahkoda kapal itu dengan nahkoda yang sangat hebat dan berpengalaman, tetap saja kapal akan tenggelam dengan berjalannya waktu. Begitupun dengan Negara ini, saat Negara mulai rusak bukan pemimpin yang harus silih berganti, tapi kita semua yang harus memperbaiki Negara ini menjadi Negara baru, Negara yang lebih baik agar kita semua selamat dan menjadi masyarakat yang sejahtera.”
            Kini Negara kita perlu memiliki sosok manusia yang kompeten ,menjadi dirinya sendiri, mempunyai kemampuan hebat dan mempunyai kepribadian yang sangat baik. Dia akan berpikir cerdas ,bersikap ikhlas dan bekerja keras untuk bangsa dan Negara. Dan Petinggi Negeri sebaiknya mendahulukan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi. Kutipan kata dari sebuah buku yang  berjudul Roadmap To The Top “ Know yourself, you will win all battles”  yang artinya kenali dirimu, maka kamu akan memenangkan semua pertarungan. Oleh karena itu, pilihlah seorang pemimpin yang bisa mengenali dirinya sendiri agar bisa mensejahterakan rakyat.
              Ubah kata Impossible dari kamus hidup kita menjadi I’m possible untuk membangun Negara ini menjadi Negara kuat. Jadikanlah Ilmu, Iman dan Akhlak Mulia sebagai penopang kehidupan kita . Tak ada kata terlambat, mulailah dari sekarang. Hapus kesalahan dan coretan kotretanmu agar mendapatkan hasil yang benar dan tepat, sehingga mendapat angka yang sempurna.  Menurut Alm. Uje Indonesia hanya butuh 3RI untuk menjadi Negara maju yaitu, “Rukun Iman ,Rukun Islam dan Rukunlah Indonesiaku.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar